Guys,
pada tahu nggak sih sekarang tanggal berapa? Coba deh check kalender
masing-masing kalau lupa.
Yups,
bener banget. 28 Oktober 2013. Nah, pastinya udah pada tahu ya hari ini
diperingati sebagai hari apa? Bagi yang merasa anak muda bangsa Indonesia pasti
pada jawab Hari Sumpah Pemuda dong.
Nah,
jadi temen-temen. Tepat 85 tahun yang lalu, semangat membaranya pemuda-pemudi
bumi Pertiwi itu melahirkan sebuah deklarasi yang kita kenal sebagai ‘Sumpah
Pemuda’. Dimana Sumpah Pemuda ini menjadi suatu pengakuan bersejarah bahwa kita
itu satu tanah air, satu
bangsa dan satu bahasa.
Tapi, sebenarnya peran pemuda-pemudi Indonesia itu bukan hanya
dimulai sejak hari dicetuskannya Sumpah Pemuda tersebut. Bahkan puluhan tahun
sebelumnya sudah begitu banyak hal yang dilakukan oleh para anak bangsa untuk
memperjuangkan dan memerdekakan Indonesia. Salah satunya, perjuangan pemuda
pahlawan kita yang berasal dari Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Si pejuang
gagah berani yang terkenal dengan nama Pangeran Antasari ini begitu memiliki
peran besar dalam melawan Belanda. Sudah pada tahu apa aja perjuangan yang
dilakuin beliau? Kalau belum tahu, yuk kita review sama-sama.
Sepenggal Kisah Tentang Pangeran
Antasari
D
|
i
antara banyaknya buku yang mengisahkan tentang sejarah kepahlawan di negeri
ini, kita menemukan sepenggal kisah mengenai sejarah pangeran Antasari.
Seseorang yang dengan gigihnya mempertahankan harkat dan martabat bangsa
Indonesia. Pangeran Antasari berjuang melawan penjajahan, mengusir mereka dari
tanah air ibu pertiwi.
Pangeran
Antasari merupakan seorang anak dari pasangan dari Pangeran Mas’ud sebagai
ayahnya, serta Gusti Hadijah puteri Sultan Sulaiman sebagai ibunya. Ia lahir di
Kayu Tangi pada 1809. Walau ia anak dari keluarga Kesultanan Banjarmasin, namun
masa kecil dan besarnya, ia jalani di luar istana. Pangeran Antasari merupakan
cicit dari Sultan Aminullah.
Risalah
mengenai kisah tentang Kesultanan Banjarmasin memuat berbagai cerita mengenai
perebutan kekuasaan. Setelah pada 1761, Sultan Aminullah meninggal dunia,
tampuk kepemimpinan diserahkan kepada Pangeran Natan Nergara selaku saudara
Sultan Aminullah. Pada saat itu, Sultan Aminullah sendiri mempunyai 3 orang
anak yang masih kecil, yakni 2 orang putranya telah meninggal, hanya satu yang
masih hidup bernama Pangeran Amir.
Selaku
pimpinan Kesultanan Banjar, Pangeran Natannegara Menobatkan diri menjadi Sultan
Sulaiman Saidullah. 26 tahun kemudian sejak meninggalnya Sultan Aminullah,
Pangeran Amir yang pergi ke Pasir, menyiapkan pemberontakan demi merebut tahta
kesultanan dari tangan Sultan Sulaiman Saidullah.
Berbekal
3.000 perajurit Bugis kala itu, ia melancarkan serangan, namun serangannya
gagal. Sultan Sulaiman Saidullah, berhasil mengamankan tahtanya dengan dibantu
oleh pasukan Belanda yang dipimpin kapten Hoffman.
Usai
pertempuran pada 14 mei 1987 itu, Pangeran Amir tertangkap. Ia kemudian
dipindahkan ke Batavia dan dihaaruskan menjalani pengasingan di Ceylon
(sekarang masuk ke dalam wilayah Srilangka). Pangeran Amir mempunyai anak yang
kelak salah satu anaknya akan menjadi ayah dari Pangeran Antasari.
Sejarah Perlawanan
Pangeran Antasari
Oleh
karena Pengeran Antasari yang tidak tinggal di dalam ruang lingkup Kesultanan
Banjar, menyebabkan ia tidak dikenal sama sekali oleh para masyarakat di sana.
Pun begitu, Kesultanan Banjar semakin terpuruk oleh ulah pihak kolonial Belanda
yang merasa punya jasa karena telah membantu Sultan Sulaiman Saidullah dalam
mengatasi pemberontakan Pangeran Amir.
Kekacauan
demi kekacauan terjadi silih berganti dalam memperebutkan Kesultanan Banjar
sehingga pada akhirnya rakyat yang sudah tidak sanggup lagi melihat kericuhan
tersebut membuat suatu gerakan yang menghendaki Pangeran Hidayat, Anak dari
Sultan Adam, cucu dari Sultan Sulaiman Saidullah, untuk menjadi Sultan Banjar
pengganti Sultan Adam.
Namun,
monopoli dan kelicikan Belanda pada kekuasaannya di Banjar, hanya menjadikan
Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi. Sementara, tahta kesultanan diberikan
kepada Pangeran Tamjidillah, saudara Pangeran Hidayat yang berlainan ibu.
Keresahan
yang dirasakan oleh rakyat karena besarnya campur tangan Belanda pada
Kesultanan Banjar mendapat perlawanan dari beberapa kelompok masyarakat.
Melihat gelagat ini, Pangeran Hidayat, memerintahkan 3 orang pesuruhnya untuk
menyelidiki gerakan perlawanan tersebut, dan dari 3 orang utusantersebut,
termasuklah Pangaren Antasari.
Berbekal
perintah dari Pangeran Hidayat, Pangeran Antasari berusaha untuk melakukan
pembicaraan dengan para pemimpin gerakan rakyat tersebut. Pangeran Antasari
kemudian merencanakan sesuatu yang berbeda dari tugasnya yang diberikan
Pangeran Hidayat, ia kemudian bergabung dengan para pemberontak dan memulai
satu babak baru sejarah pemberontakan masyatakat Banjar terhadap Belanda.
Sejarah
Pangeran Antasari kemudian mencatatat bahwa ia berhasil menyatukan
gerakan-gerakan perlawanan yang tadinya berdiri sendiri, menjadi perlawanan
yang lebih terkomando. Lewat kepemimpinannya, gerakan-gerakan kepemimipinan di
kalangan rakyat Panembahan Aling di Muning, Tumenggung Jalil di Benua Lima,
berhasil ia satukan. Bahkan, ia memperluas wilayah perlawanan hingga mencakup
wilayah Tanah Dusun Atas, Tabanio, Kuala kapuas hingga tanah Bambu.
Pengaruhnya
yang begitu luas terhadap gerakan perlawan rakyat ini, juga mendapat dukungan
dari para ulama Banjar. Di awal pemberontakannya terhadap Belanda, Pangeran
Antasari berhasil mengumpulkan 6.000 pasukan yang siap tempur.
Setelah
melalui persiapan yang matang, Pangeran Antasari akhirnya melancarkan serangan
pertamanya kepada Belanda. Tepat pada 28 April 1859, perang yang terjadi pada
pagi buta itu dinamakan Perang Banjar. Berbekal 300 orang pasukan, Pangeran
Antasari kemudian menyerang wilayah pertambangan batu bara dan benteng
pertahanan Belanda di Pengaron.
Hingga
siang hari, Pangeran Antasari berserta para laskarnya berhasil mengepung
Pengaron. Bahkan, membuat Komandan Belanda yang bernama Beeckaman menjadi
kalang kabut karena selama pengepuungan, Stoksenjata dan makanan di Pengaron
semakin menipis. Pernah satu ketikika dikrim utusan secara diam-diam untuk
menyelinap keluar Pengaron untuk, namun sang kurir tewas ditangan para prajurit
Pangeran Antasari.
Selama
pengepungan Pengaron, beberapa kali pejuang menerobas masuk ke pos pertahanan
benteng Belanda, namun gagal. Pangeran Antasari kemudian mengirimkan sebuah
surat kepada Komandan Beeckman untuk menyerah dan keluar dari Pengaron.
Perlawan Pangeran Antasari tak berhenri sampai di situ saja.
Perjuangannya
semakin besar ketika Pengeran Hidayatullah bergabung dengannya untuk melawan
para penjajah. Kebencian mereka terhadap Belanda semakin mejadi-jadi, tak kala
Belanda memutuskan untuk menghapus kerajaan Banjar sejak pertengahan 1860.
Sempat
dari pihak Belanda beberapa kali mengajukan syarat perdamaian, namun selalu
ditolak oleh Pangeran Antasari. Ia berkeyakinan bahwa ajakan damai dari Belanda
hanyalah tipu muslihat semata. Belanda yang sudah kehabisan akal dalam
mengatsai perlawan Pangeran Antasari berusaha untuk menarik perhatian
orang-orang dengan mengiming-imingi bagi siapapun yang dapat menangkap Pangeran
Antasari baik hidup ataupunmati akan diberikan imbalan sebesar 10.000 gulden.
Namun,
sayembara itu terbukti tak mampu untuk meruntuhkan perlawan Pengeran Antasari.
Ia ingin Belanda segera mengembalikan kedaulatan Kesultanan banjar kepada
rakyat, dan jika tidak maka Ia akan terus melakukan perlawanan hingga Belanda
betul-betul pergi dari wilayah Bajarmasin.
Pangeran
Antasari Bergelar Penembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
Atas
semagat yang dikobarkannya serta pejuangan dan charisma sebagai pemimpin
perlawanan terhadap Belanda, Pangeran Antasari berhak menyadang gelar sebagai
Penembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Gelar tersebut diberikan oleh Teweh
serta kepala-kepala suku Dayak Kapuas Kahayan yang berkumpul di Dusun Hulu dan
para alim ulama serta pemimpin-pemimpin rakyat di Barito Sihong pada Maret 1862
bertepatan dengan 1278 H di bulan suci Ramadhan.
Adapun
pengertian dari Penembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin yang disandang oleh
Pangeran Antasari bermakna bahwa ia merupakan pemimpin tertinggi dari agama.
Sejak saat itu, Pangeran Antasari memegang kedaulatan daerah Banjar. Kedaulatan
rakyat di Banjar dikuasai oleh Pangeran Antasari. Kekuasaan dan kedaulatan yang
dilakukan oleh Pangeran Antasari ketika itu dilakukan dengan dalam kondisi
perang yang saat itu masih berkobar.
Gelar
ini juga menjadi bukti perlawannya terhadap penjajahan. Perlawan tersebut ia
tunjukkan dalam berbagai siasat perang perang, terutama dengan cara bergerilya.
Ia pun mampu memimpin perang dalam cakupan wilayah yang sangat luas dan sukar
untuk didiami oleh manusia.
Keuletannya
dalam memimpin, serta ketabahannya dalam menghadapi masa-masa sulit selama
melakukan perlawanan. Demikian juga dengan wibawa yang berhasil ia perlihatkan
menjadi pengobar semangat dan keyakinan mereka pada tujuan yang sangat mulia.
Wafatnya
Pangeran Antasari
Dalam
sejarah dikisahkan bahwa Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862. Sebelum
wafat, ia mengalami sakit parah di daerah pedalaman. Semula jasadnya dimakamkan
di Bayan Pegog, Hulu Teweh, tempat ia meninggal dunia.
Namun
setelah Indonesia Merdeka kerangka tulang belulang beliau dipindahkan dan
dimakamkan kembali pada 11 November 1958 di Kompleks Makam Pahlawan Perang
Banjar, jalan Masdjid Jami di Banjarmasin. Saat ini, makam Pangeran Antasari
diberi nama dengan Makam Pahlawan Nasional Pangeran Anatasari.
Sepeninggal
Pengeran Antasari, kedudukannya digantikan oleh putranya, Pangeran Muhammad
Seman. Semangatnya memberikan perlawanan terhadap penjajah tetap dilestarikan
oleh para rakyat yang akan terus berjuang. Semangat perjuangan yang dulunya
diwariskan oleh Pangeran Antasari bersama-sama para pejuang yang gugur di medan
perang, nyalanya akan selalu terang, tak pernah redup.
Mereka
menjadi bagian tidak terpisahkan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekan
seperti saat ini. Tugas kewajiban kitalah untuk terus memelihara dan
melestarikan nilai-nilai perjuangan tersebut, demi kemajuan bangsa dan Negara
Republik Indonesia.
Nah,
gimana nih setelah baca tentang sejarah Pangeran Antasari? Sekarang, coba deh
tanya sama diri kita masing-masing. Sudahkah kita punya semangat yang sebesar
dan sekuat beliau? Apakah kita punya tekad dan niat yang mulia untuk negara
kita?
Dalam
keadaan negara yang secara kasat mata udah di bilang merdeka seperti saat ini,
kita memang nggak seharusnya berjuang seperti beliau. Namun, apakah secara
fakta bangsa kita sudah benar-benar merdeka? Kalau belum, sebagai pemuda
Indonesia cobalah mulai saat ini memikirkan peran apa yang akan kita sumbangkan
untuk memerdekakan bangsa berdaulat kita. Selamat Hari Sumpah Pemuda.
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar